Yuk Bahas Semiotika

Semiotika adalah sebuah ilmu ketandaan semiotik. Semiotika juga berkaitan erat dengan bidang linguistik yang untuk sebagaian, mempelajari struktur dan makna bahasa yang lebih spesifik. Dalam semiotika sendiri juga dibagi tiga (3) bagian ada :
1. Semiotika Semantik : Hubungan antara tanda dan hal-hal yang mereka lihat yaitu denotata atau makna
2. Semiotika Sintaksis : Hubungan antara tanda-tanda dalam struktur formal
3. Semiotika Pragmatik : Hubungan antara tanda dan tanda menggunakan agen

Semiotika juga sering dipandang memiliki dimensi antropologis penting, misalnya : Umberto Eco bahwa setiap fenomena budaya mampu dipelajari dalam hal komunikasi. Untuk teori komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses mentransfer data atau pemakna dari sumber ke penerima. Jadi teori komunikasi membangun model berdasarkan media, kode dan konteks untuk menjelaskan lebih ke aspek biologi, psikologi dan mekanik yang terlibat.

Disini ada beberapa tokoh semiotika menurut para ahli, yaitu :

1. Charles Sanders Peirce
       Menurut Charles Sanders Peirce (1839-1914) pendekatan tanda yang didasarkan pada pandangan seorang filsuf dan dapat mengemukakan teori segitiga makna atau triangle yang terdiri dari tiga (3) elemen utama, yaitu : Tanda Sign, Object dan Interpretant. Menurut Charles Sanders Peirce tanda itu sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi oleh Peirce disebut ground. Tanda sign atau representamer selalu terdapat dalam hubungan triadik, yaitu : ground, object dan interpretant. Dan tanda yang dikaitkan dengan ground dibagi menjadi qualisign, sinsign dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lemah, lembut. Sign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanya, misalnya : kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh yang menandakan bahwa ada hujan di sungai. Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya : rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia.

2. Ferdinand De Saussure
     Teori Semiotik menurut Ferdinand De Saussure (1857-1913) dibagi menjadi dua (2) bagian yaitu : penanda (signifier) dan pertanda (signified). Dalam penanda (signifier) dilihat sebagai bentuk atau wujud fisik dapat dikenal melalui wujud karya arsitektur, sedangkan pertanda (signified) dilihat sebagai makna yang terungkap melalui konsep, fungsi dan nilai-nilai yang terkandung didalam karya arsitektur.

     Eksistensi semiotika adalah relasi antara penanda dan pertanda berdasarkan konvensi, biasa disebut dengan signifikasi. Semiotika signifikasi adalah sistem tanda yang mempelajari relasi elemen tanda dalam sebuah sistem berdasarkan aturan atau konvensi tertentu. Dan menurut Saussure, tanda terdiri dari : Bunyi-bunyian dan gambar, disebut signifier atau penanda dan konsep-konsep dari bunyi-bunyian dan gambar disebut signified.

3. Roland Barthes
     Teori semiotika oleh Roland Barthes (1915-1980) dalam teorinya Barthes mengembangkan semiotika menjadi dua (2) tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi sendiri tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung dan pasti. Sedangkan konotasi sendiri adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang didalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti.

     Roland Barthes juga meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal "order of signification", mencakup denotasi dan konotasi. Disinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified yang diusung Saussure.

4. J. Derrida
     Derrida dikenal dengan model semiotika Dekonstruksi-nya. Dekonstruksi menurut Derrida adalah sebagai alternatif untuk menolak segala keterbatasan penafsiran ataupun bentuk kesimpulan yang baku. Konsep Dekonstruksi yang dimulai dengan konsep demistifikasi, pembongkaran produk pikiran rasional yang percaya kepada kemurnian realitas-realitas pada dasarnya dimaksudkan menghilangkan struktur pemahaman tanda-tanda (signifier) melalui penyusunan konsep signified. Dalam teori Grammatology, Derrida menemukan konsepsi tak pernah membangun arti tanda-tanda secara murni, karena semua tanda senantiasa sudah mengandung artikulasi lain. Dekonstruksi pertama kali adalah usaha membalik secara terus-menerus hirarki oposisi biner dengan mempertaruhkan bahasa sebagai medannya.

5. Umberto Eco
     Stephen W. Littlejohn (1996) menyebut Umberto Eco sebagai ahli semiotikan yang menghasilkan salah satu teori mengenai tanda yang paling komprehensif dan kontemporer. Menurut Littlejohn teori Eco penting karena mengintegrasikan teori-teori semiotika sebelumnya dan membawa semiotika secara lebih mendalam.

     Eco juga menganggap tugas ahli semiotika menjelajahi hutan dan ingin memusatkan perhatian pada modifikasi sistem tanda. Eco kemudian mengubah konsep tanda menjadi konsep fungsi tanda. Eco menyimpulkan bahwa "satu tanda bukanlah entitas semiotik yang dapat ditawar, melainkan suatu tempat pertemuan bagi unsur-unsur independen yakni ungkapan dan isi, dan bertemu atas dasar hubungan pengkodean". Eco sendiri tanpa kode, tanda-tanda suara atau grafis tidak memiliki arti apapun dan dalam pengertian yang paling radikal tidak berfungsi secara linguistik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hobby

Kisah Masa Kecilku